MANA MUKJIZAT MUHAMMAD?

30 Januari 2011 by Filar Biru 380 Komentar

Segala Puji Bagi Allah, Tuhan Semesta Alam. Shalawatku kepada Rasulullah SAW beserta para sahabatnya.

 

Sudah tidak terhitung banyaknya keajaiban-keajaiban (Mukjizat)  yang di perlihatkan oleh para nabi dan rasul atas izin Allah SWT, agar kaumnya percaya dengan risalah yang di embannya. Dua orang nabi yang sangat produktif di dalam memperlihatkan Mukjizat tersebut adalah Nabi Musa As dan Nabi Isa As. Dua tokoh ini sangat di kagumi oleh para pengikutnya. Hanya saja betapapun hebatnya Mukjizat yang di perlihatkan, tidak banyak kertertarikan orang-orang untuk masuk kedalam kepercayaan mereka. Hal ini di karenakan, manusia tidak bisa di tarik dengan memperlihatkan kehebatan suatu keajaiban belaka. Manusia lebih cenderung mengikuti kebaikan pada diri seseorang dalam tindakan nyata dan berkelanjutan.

Ketika Mukjizat itu di perlihatkan, sifat manusia yang kotor akan keluar, mereka akan berucap “Ini adalah perbuatan tukang sihir zaman nenek moyang kita!”. Reaksi yang timbul setelah itu adalah pengolok-olokan dari kaumnya. Dan apabila peristiwa ini berlalu, maka Mukjizat tersebut tinggal sejarah yang di redam oleh zaman yang merangkak. Mukjizat-mukjizat tersebut tidak mampu lagi di buktikan oleh generasi-generasi berikutnya. Bukankah Mukjizat yang sama tidak pernah terjadi dua kali dalam sejarah? Bukankah Musa hanya satu kali membelah lautan? Bukankah Yesus (Nabi Isa As) hanya sekali menghidupkan orang mati? Atau kepada Sulaiman, bukankah Sulaiman juga hanya satu kali mendirikan kerajaan yang megah?

Bicara pada para pengikut yang ada pada para nabi dan rasul tersebut, tidak memiliki loyalitas yang tinggi kepada nabi mereka. Ketika serangan datang para pembesar diantara mereka lari dan kabur meninggalkan mereka. Ketika Musa meninggalkan mereka dalam beberapa hari ketika Tuhan memanggil beliau untuk menerimah Taurat dan setelah Musa kembali mendatangi kaumnya yang terjadi adalah kaumnya kembali berlaku durjana dan menggantungkan kesyirikkan di leher mereka bagaikan sebuah medali.

Hal yang sama juga terjadi dengan Isa Alahissalam, ketika para tentara romawi mendatangi mereka yang di dalangi oleh antek-antek yahudi, para orang-orang besar di sekeliling Isa Alaihissalam lari dan kabur termasuk para muridnya sendiri. Mereka berani meninggalkan nabi/guru mereka sendiri di hadapan mata pedang para pendurhaka Tuhan. Di mana nilai-nilai kesetiaan dan perjanjian diantara mereka?

Hal ini terjadi di sebabkan berbagai Mukjizat yang mengaggumkan itu telah gagal menggembleng iman mereka dengan kuat. Sebab Mukjizat di perlihatkan bukan untuk memperbaiki ahklak manusia. Sebab Mukjizat hanyalah sebagai barang bukti beleka, dia tidak mampu menciptakan iman yang teguh pada diri anak manusia. Setelah berlalu maka tinggal sejarah tidak ada bekas apapun di dalam  hati manusia.

Dengan Nabi Muhammad SAW, kejadiannya berbeda sekali.  Sebab Muhammad adalah Nabi dan Rasul yang terakhir. Klaim Al Quran bahwa tidak ada nabi dan rasul sesudah Nabi Muhammad SAW. Sejarah mencatat memang tidak ada seorang nabipun yang di utus oleh Tuhan sampai pada detik ini, bahkan Al Quran menegaskan sampai hari kiamat.

Dari kecil sebelum di angkat menjadi nabi, seorang Muhammad berbudi perkerti yang luhur dan itu masyarakatnya sendiri yang mengatakannya, bukan pengakuan dari seorang Muhammad. Masyarakat yang keras kepala yang hidup merdeka, tidak ada bangsa di planet ini yang mendatangi mereka, yang mengubur anak perempuan mereka hidup-hidup, yang suka berperang, berlaku sombong dan takabur, yang suka memamerkan syair-syair. Diantara kerasnya kehidupan di Mekkah, mereka masih tahu dan sangat menghargai orang yang berbuat jujur. Mereka tidak buta dengan keluhuran budi pekerti Muhammad, itulah sebabnya mereka sendiri yang memberikan gelar Al Amin kepada Muhammad.

Keadaan menjadi lain setelah Muhammad menyampaikan risalah Tuhan. Selama 13 tahun tinggal di kota Mekkah, Muhammad diburuh dan di incar bunuh oleh keluarga dan masyarakatnya sendiri. Walaupun begitu, lambat laun namun pasti orang-orang mulai tertarik dan masuk ke dalam agama yang di emban olehnya. Setelah keadaan tidak memungkinkan lagi untuk berdakwa di karenakan sudah ada korban yang jatuh dari pihak Nabi dan ancaman demi ancaman, siksaan demi siksaan yang mereka terimah, maka Allah memutuskan untuk memerintahkan Nabi dan orang-orang yang beriman untuk hijrah ke kota Yastrib.

Terlihat di sini, orang-orang yang ikut hijrah bersama nabi bukanlah orang-orang yang menyaksikan lautan yang dibelah atau Nabi Muhammad SAW membangunkan orang yang mati ataupun janji untuk sebuah kerajaan yang megah.

Orang-orang memperyai nabi karena orang ini sebelum di angkat menjadi nabi dan rasul tidak perna berkata dusta. Suka menolong orang yang susah, mencarikan orang lain pekerjaan, melayani tamu dengan hormat, selalu menghadapkan wajah dan tubuhnya dengan lawan bicaranya. Bertutur sapa sopan dan santun dengan penuh kelembutan, keadaan inilah yang membuat iman mereka yang mengikuti nabi tidak ada tandingannya.

Ketika perang Badar meletus tidak seorang diantara pengikut nabi meninggalkan nabinya, bahkan mereka menjadi perisai hidup untuk nabi mereka, mereka tidak lari seperti pengikut Nabi Isa Alaihissalam, mereka tidak durhaka seperti pengikut Nabi Musa Alaihissalam, dan mereka yang menang tidak menuntut sebuah istana.

Lembaran-lembaran kehidupan Rasulullah SAW sesungguhnya adalah Mukjizat itu sendiri, dia menyampaikan Firman Tuhan yang ada di mulutnya kepada manusia. Itulah keajaiban yang sesungguhnya yang tersusun rapi dalam lembaran-lembaran kertas putih.

Firman Tuhan yang melalui mulutnya ketika di ucapkan melalui lisannya sama dengan tertulis di dalam Al Quran itu, tidak ada penambahan dan pengurangan. Mukjizat ini ketika di turunkan dan di amalkan oleh nabi, para sahabatnya dan pengikutnya, bisa di buktikan pada generasi-generasi selanjutnya dan sama baiknya pada masa keajaiban itu terjadi.

Bila suatu ucapan di catat di dalam buku, keunggulan itu dapat di saksikan dan di uji pada setiap waktu dan pada setiap generasi. Dan ini adalah Mukjizat yang pantas di punyai seorang rasul terakhir, dan itu sebabnya mengapa Nabi Muhammad SAW di lengkapi dengan sebuah Kitab Suci Al Quran sebagai bukti dari kebenarannya.