Sebuah kursi yang telah kusam aku hampiri, “silahkan duduk” begitulah yang aku rasakan ketika kursi ini aku tatap dengan syahdu. Gelegar petir yang tiada henti semakin mengundang hasratku untuk duduk. Aku perhatikan hujan yang lebat, tidak ada kendaraan roda dua yang lewat, sebab aku membandingkan diriku dengan mereka yang mempunyai kendaraan roda dua. Karena hanya kendaraan jelek ini yang aku punyai, sesekali aku tatap Mega Pro yang selalu menemani kemana aku pergi.
Kembali gelegar petir mengejutkan lamunanku, Aku lihat langit yang tersenyum kecut padaku dengan warna gelap dan kusam mengelilingi angkasa tidak ada tempat untuk Aku melarikan diri. Tetesan air hujan melobangi beberapa lantai dimana aku berteduh.
Gelegar halilintar dan air hujan ini mengingatkan aku kepada Sang Maha Pencipta. Aku protes kepada Allah mengapa Dia menurunkan air hujan celaka ini yang membuat seluruh aktivitasku terganggu. Sial betul….
Belum sempat aku mencaci maki entah dari mana datangnya sebuah fikiran yang tiba-tiba membuat aku terkagum-kagum. Inilah hasil dari fikiranku itu:
Bukankah Allah telah menciptkan alam ini dengan sempurna yang bisah dipelajari oleh akal manusia. Sebenarnya Allah menurunkan air hujan itu dengan ilmuNya yang nanti akan bermanfaat bagi manusia dan bisa dipelajari dengan hukum-hukum fisika. Mengapa turun hujan?
Dan benar air hujan memang adalah sebuah proses fisika dan kimia manusia manapun bisa mempelajarinya dengan baik. Allah menurunkan air hujan itu bukan tanpa proses. Dengan air hujan ini diam-diam Allah menyelipkan salah satu KekusaanNya.
Bagi manusia hujan turun disebabkan proses kimia dan fisika namun bagi Allah banyak cara untuk menurunkan air hujan itu tanpa melalui proses apapun hanya saja dengan cara ilmiah inilah yang bisa diterimah oleh akal manusia. Dengan sendirinya akan tampak alami padahal dibalik itu semua tersembunyi kekuatan yang dahsyat. Yaitu sebuah bentuk Kekusaan Yang Universal, yang tidak dimiliki oleh siapapun kecuali Tuhan. Air hujan salah satu bukti keberadaan Allah Yang Maha Tunggal. Tidak ada hujan yang berserakan dimuka bumi ini dengan seenaknya melainkan sudah diatur dengan pengaturan yang rapih. Semuanya mempunyai jadwal yang teroganisir dengan baik dan hal itu terjadi dengan satu Kekuasaan dan tdak ada kekusaan yang lain.
Diam-diam aku menyesali diriku sendiri yang telah mencaci maki. Motor aku gas dengan kencang tidak ada alasanku berlama-lama disini, air hujan bukan hambatan bagiku melainkan rahmat dan nikmat yang sedang terjadi di alam ini. Mudah-mudahan Allah memaafkan dan mengampuni diriku ini dengan segalah kasih sayangNya.
Langit tiba-tiba tersenyum padaku dengan warnanya yang biru dan sebuah tarian awan putih ikut kemana aku pergi. Hujan tadi telah berbicara padaku dengan banyak sekali walau sunyi. Aku tidak tahu apakah dia akan menegurku kembali atau tidak, aku tidak peduli biarlah dia menelusuri celah-celah tanah dan bebatuan rimba belantara.
22 April 2010 pukul 4:54 AM
Kalo hujan bisa bicara….wah cerewet banget dong??
salam
http://thomasandrianto.wordpress.com/2010/04/22/info-dari-kawan-broloe-mau-blog-loe-kebanjiran-pengunjung-kaga/
22 April 2010 pukul 7:27 AM
Heheheh lu juga usil
lam juga
22 April 2010 pukul 5:09 AM
sebagaimana telah tercatatnya setiap tersentuhnya tanah oleh daun yang jatuh, kiranya tercatat pula setiap tersentuhnya bumi oleh tetes hujan yang jatuh.
semuanya merupakan hal ilmiah yang belum terjangkau.
Subhanallah.
22 April 2010 pukul 7:27 AM
Bram
Subhanallah.
23 April 2010 pukul 6:06 AM
Adakalanya aku menyukai hujan,
karena didalamnya kutemukan kerinduan
adakalanya biasa saja.
saat tak ingnku tuk menemukan rindu itu.
🙂
24 April 2010 pukul 7:02 PM
Wah rindu sama sapa neh Mas Zeph.
makasih kunjungannya
24 April 2010 pukul 4:19 AM
semua menyebut asma Allah, bahkan alam ini selalu memuji kebesaran Allah, namun manusia tidak pernah menyadarinya. 😀
24 April 2010 pukul 7:02 PM
😀
Mas Adi Salam hangan selalu
27 April 2010 pukul 5:09 AM
@FILAR
Hujan-hujan begitu asyik bakar jagung bakar ama tiduran di sofa yang anget, sambil minum coklat panas…
27 April 2010 pukul 4:30 PM
@dul
Siip dah
10 Juli 2010 pukul 1:39 PM
Keren keren..
16 Oktober 2010 pukul 5:58 AM
makasih
30 Oktober 2010 pukul 3:20 AM
gimana kalo kita kecipratan genangan air hujan di aspal karena mobil bus sengaja melaju kencang di dekat kita
lebih baik dimaafkan saja tuh supir, toh hanya air
30 Oktober 2010 pukul 8:28 PM
Hihihi… ujung2nyah minta dikeroki…
30 Oktober 2010 pukul 10:12 PM
kerok punggung heheh jangan dada nanti….
30 Oktober 2010 pukul 10:11 PM
kadang caci maki keluar juga Juti akan tetapi urut dada jauh lebih baik