Masih kuingat suara azan subuh mengumandang ketika aku diajak ibu pergi kepasar. Tangan lembut kakakku memegang lenganku dengan erat. Aku tak perna habis berpikir mengapa azan subuh begini rupa sudah banyak orang yang berjualan di pasar, ada yang jualan pisang goreng, lontong, pecel dan toko pakaian juga ada yang buka.
Ku pandang wajah ibu dan kakakku dengan sumringah mereka membeli ini dan itu aku hanya takjub mendengar suara azan subuh itu. Aku tak mempedulikan apa yang mereka beli pandanganku berhenti diatas sebuah Menara Masjid. Sebuah bintang berekor berjalan dengan perlahan, kuperhatikan bintang aneh ini terus menerus sampai menghilang di telan awan. Aneh mengapa manusia-manusia dipasar ini tidak memperhatikan apa yang aku lihat. Bedebah…jangan-jangan aku sudah tak waras lagi.
Ada dua layang-layang berikut dengan benangnya, pasti yang satu untuk adikku pikirku. Aku juga tak mempedulikan layang-layang yang dibelikan ibu. Kembali mataku nanar ke arah selatan dimana awan sialan itu telah membatasi pemandanganku. Ternyata dugaanku tepat, bintang itu kembali muncul namun sudah jauh sekali. Ekornya yang seperti kembang api seakan-akan mengucapkan salam perpisahan padaku. Aku menjadi sedih. Ah… entah kapan lagi aku dapat menyaksikan pemandangan yang mengagumkan ini.
Perjalanan kisah ini adalah kisah nyata bagi diriku yang kusimpan rapi dalam memoriku, dengan satu harapan semoga Allah mempertontonkan kembali apa yang kulihat dengan mata kepalaku sementara orang lain sibuk dipasar.
Suara azan subuh yang kudengar disaat aku masih kecil itu sangat membekas dalam jiwaku dibandingkan suara azan yang lainnya. Masih kuingat bangunan masjid tua itu dengan hiasan cat dimenaranya yang sudah mengelupas. Namun suara speakernya membahana ke angkasa apakah bintang berekor itu mendengar atau tidak aku tidak tahu.
4 April 2010 pukul 12:10 PM
Wah… Saya belum pernah liat bintang berekor…
Btw, saat paling nikmat dari total 24 jam waktu kita dalam sehari, memang saat adzan subuh, menurut saya. Setiap detik kejadian, setiap jentik perasaan seakan begitu mudahnya melekat dalam ingatan. Saya pribadi juga punya beberapa kenangan yang terjadinya waktu subuh, indah semua… 😀
Salam kenal!
4 April 2010 pukul 2:18 PM
@yeo
Aduh rugi dah nggak liat
6 April 2010 pukul 3:45 AM
bintang berekornya cuma numpang lewat mas..
6 April 2010 pukul 4:14 AM
Iya @Lum waktu itu saya masih kecil belum TK apalagi SD. Kalo nggak salah kejadiannya pada tahun 1977. Dan saya ingat pas siang harinya Ibu membobokan saya di ayunan dgn lagu Timang-timang hehe.
Salam manis Lum
6 April 2010 pukul 11:10 AM
Aku juga pernah lihat tapi cuma sedetik. 😀
6 April 2010 pukul 12:35 PM
@adek
Lo kok cuma sdetik dek emangnya bintangnya larinya kencang ya?
8 April 2010 pukul 8:37 AM
MAsa kecilmu dimana? kalau aku mirip denganmu karena dekat rumahku ada masjid dan didepan rumahku merupakan pasar, sehingga subuh sudah banyak yang melakukan jual beli
8 April 2010 pukul 8:47 AM
@masyono9
Masa kecilku di Kuala Tungkal
Karena aku memang lahir disana. Rumahku jauh dari pasar dan masjid yg aku lihat itu emang ada di pasar. Aku dan kakakku serta ibu berjalan kaki kepasar sekitar setengah jam. Masak iya aku dan kamu mirip? Cerita dong ttg masa kecilmu aku mau tau juga. Boleh kan?
Salam
9 April 2010 pukul 3:46 AM
wew o_O” senior..
tahun segitu, bahkan kakak sulung saya aja belom lahir tuh 🙄
9 April 2010 pukul 5:29 PM
Woow kalu gitu aku emang udah tua dong hahahaha
salam manis buat kamu LUM
10 April 2010 pukul 1:34 AM
Menarik sekali kisahnya. Kalau masa kecilku nggak ada yang terlalu istimewa 🙂
13 April 2010 pukul 12:37 PM
@Masdin
Ah…jangan terlalu memuji. Saya hanya bernostalgia saja.
makasih atas kunjungannya
Salam
10 April 2010 pukul 3:14 AM
Masa kecil yang Indah mas
karena engkau mengawali masa kecil itu dengan sangat agamis…..
Adzan subuh terdengar ….
Tentunya langsung shalat
dilanjutkan dengan ber kasab
pergi ke pasar menunaikan kewajiban yang lain
Subhanallah
sungguh pengalaman yang indah
13 April 2010 pukul 12:39 PM
@Mas Abi
Subhanallah….
Salam
12 April 2010 pukul 2:33 AM
wah kamu pernah menjadi kecil to..:)
13 April 2010 pukul 12:40 PM
Emangnya lu kagak perna kecil Dul?
*Heran juga*
31 Oktober 2010 pukul 4:23 AM
@wedul dari telur.. langsung gede
1 November 2010 pukul 7:13 PM
dari gede langsung jompo
17 April 2010 pukul 11:24 AM
Salam kenal. 🙂
18 April 2010 pukul 8:39 AM
Iya lam kenal juga
21 April 2010 pukul 9:09 AM
kisah nyata toh? wah, senang ya 😀
22 April 2010 pukul 4:00 AM
Iya Mas Adi enak juga bernostalgia sendri2 heheheh
salam
21 April 2010 pukul 12:28 PM
klu masa kecil bahagia, ke depan juga gampang meraih kebahagiaan sob 😀
22 April 2010 pukul 4:01 AM
Ah Yang benar Sob….doain aja ya heheheh
Salam
22 April 2010 pukul 5:02 AM
sungguh pengalaman yang sangat indah,
Allah mempertontonkan pencuri kabar yang dipanah api di saat subuh,
indah dimata semasa kecil, indah dalam ilmu di masa dewasa, sungguh kenangan yang sangat indah dan berharga.
22 April 2010 pukul 7:17 AM
Wah Mas Bram memu nih…saya jadi malu
salam
30 Oktober 2010 pukul 3:24 AM
dulu mah sering lihat yang seperti itu, waktu sma saya sering melihat langit di waktu malam dan subuh
30 Oktober 2010 pukul 10:26 PM
saya bahkan belon sekolah, duluan mas mu ini dong hehehe